Kau pasti korban, ya?
Itu yang kau katakan terus dalam hati, kan?
Dunia tak adil. Orang-orang jahat. Rezeki seret.
Kau si baik yang tertindas.
Kasihan sekali.
Lucunya, setiap kali orang lain bersinar, kau langsung curiga:
> “Pasti nyogok.”
“Pasti kenal orang dalam.”
“Pasti munafik.”
Dan kau bangga dengan kejujuranmu yang menyakitkan,
padahal yang kau sebut ‘jujur’ hanyalah
amarah yang belum kau kelola.
Kau tak suka melihat orang bahagia.
Bukan karena mereka salah,
tapi karena kau merasa tertinggal.
> “Aku lebih menderita dari mereka.”
Maka seharusnya aku lebih dulu bahagia.
Kau pikir penderitaan itu antrian?
Yang siapa paling remuk, dia duluan dapat hadiah?
Oh iya, kau juga sering berkata:
> “Aku gak seberuntung mereka.”
Tapi entah kenapa,
saat ada peluang kecil yang datang,
kau justru diam.
> Karena kalau berhasil,
siapa yang akan kau salahkan nanti?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar