Saya siluman ngumpet berkarya demi isi hati saya hahaha

Jumat, 30 Mei 2025

Ketika aku tidak lagi kuat



Aku pernah mencoba.

Dengan sekuat mungkin.

Sampai tubuh ini nyaris lebur jadi asap,

Dan tetap, tak ada yang berubah.


Lalu aku berhenti.

Bukan karena menyerah.

Tapi karena aku lelah memaksakan harapan yang tidak mau tumbuh.



---


Hari itu hujan turun tanpa guntur.

Tak ada petir, tak ada badai.

Hanya hujan yang konsisten—seperti sedih yang tidak diundang,

Tapi juga tak bisa ditolak.


Aku duduk di kamar yang dingin,

Melihat daftar mimpi yang pernah kutulis di dinding.

Sebagian sudah luntur.

Sebagian sudah kutertawakan sendiri.

Sebagian… masih menatapku seperti anak kecil yang tak tahu kapan harus berhenti berharap.



---


"Aku tidak bisa lagi,"

bisikku pelan.


Bukan teriakan.

Bukan drama.

Cuma kejujuran yang telat disampaikan.

Karena selama ini aku sibuk terlihat "kuat".



---


Aku kecewa.

Bukan pada orang lain.

Tapi pada diriku sendiri—

yang terlalu keras kepala untuk mengerti bahwa tidak semua yang diinginkan akan terjadi.


Aku biarkan kecewa itu duduk di sebelahku.

Tak kuusir.

Tak kubantah.

Aku hanya menatapnya, dan berkata:


> "Sudahlah. Kalau memang harus pergi, pergi saja."





---


Tapi kecewa tidak pergi.

Ia menatapku kembali, berkacak pinggang seperti sahabat lama.

"Kalau kau sudah tak kuat, kenapa masih berpikir?"


Aku tidak tahu.

Mungkin karena meski putus asa,

otakku tak bisa diam.

Selalu ada "bagaimana jika" yang menyala meski redup.



---


Putus asa bukan akhir yang tenang.

Ia tetap ribut.

Tetap gaduh.

Tetap membuatku berpikir terlalu banyak meski tak ingin bergerak.


Aku ingin berhenti berharap,

tapi otakku menolak kosong.

Aku ingin mati rasa,

tapi hatiku tetap berdebar tiap melihat cahaya kecil entah dari mana.



---


Lucu, ya?

Sudah mengaku kalah,

masih juga mengimajinasikan kemungkinan.


Dan di situ aku sadar:

Putus asa itu bukan titik.

Tapi koma.


Sebuah jeda panjang untuk menyadari bahwa

mungkin… tidak semua harus dimenangkan,

tapi semuanya pantas dipahami.



---


Jadi malam ini,

aku menangis tanpa malu.

Bukan untuk dikasihani.

Tapi untuk jujur.


Besok mungkin aku masih terkapar.

Tapi setidaknya hari ini…

aku berani berkata:

"Aku tidak mampu."


Dan itu cukup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar