ratapan dari seseorang yang sudah terlalu sering dibiarkan sendiri
---
Tuhan…
Kalau suara ini terlalu kecil,
setidaknya lihatlah aku sebentar saja.
Aku… capek.
Tapi aku masih di sini.
Masih napas.
Masih pura-pura baik.
---
Aku selalu terlihat bisa segalanya.
Kuat. Tegas. Tak tergoyahkan.
Tapi malam ini…
aku menangis diam-diam.
Karena aku tahu,
tak ada yang peduli kalau aku runtuh.
---
Aku pernah coba jujur.
Pernah cerita.
Pernah minta dimengerti.
Tapi mereka semua pergi.
Mereka lebih suka aku diam.
Lebih suka aku tertawa palsu
daripada melihat aku bicara jujur soal luka.
---
Jadi aku diam.
Hari demi hari.
Sambil merawat luka sendiri.
Sambil pura-pura kuat.
Padahal aku cuma manusia biasa
yang juga ingin dipeluk,
walau tanpa kata.
---
Aku tidak butuh banyak.
Cukup satu orang saja yang mau duduk di sebelahku
dan bilang,
> “Aku tahu kamu sudah berusaha terlalu lama. Sekarang kamu boleh menangis.”
Tapi tak pernah ada.
Tak satu pun.
---
Mereka bilang aku pemarah.
Padahal aku cuma bingung.
Aku gak tahu cara mengeluarkan rasa
yang sudah bertahun-tahun kusimpan sendiri.
Aku keras,
karena aku takut terlalu lembut.
Takut hancur,
dan tak bisa bangun lagi.
---
Malam ini aku hanya ingin rebah.
Tanpa ditanya.
Tanpa disuruh sabar.
Aku hanya ingin lepas dari semua peran.
Karena sejujurnya…
aku ingin menyerah,
tapi tak tahu caranya.
---
Tuhan,
Kalau aku tak bisa bersuara lagi,
tolong bisikkan pada dunia bahwa
aku pernah mencoba.
Pernah berharap.
Pernah mencintai hidup.
Tapi aku tak pernah diajari
bagaimana caranya
menyelamatkan diriku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar