Aku tahu kamu.
Aku paham kamu.
Dan aku—aku adalah yang paling mengerti kamu.
Kau sedang lelah, bukan?
Dunia tidak adil. Hidupmu seakan mandek.
Kau sudah berusaha, tapi hasilnya nihil.
Makanya…
biarkan aku tuntun kamu.
Lupakan mereka yang bilang “bersabar.”
Itu cuma cara agar mereka tetap di atasmu.
Buang nasihat itu.
Kau terlalu berharga untuk menunggu perubahan yang tak kunjung datang.
Ikuti aku—
aku tahu jalan cepat.
Aku punya jurus kilat, resep instan, kenalan yang bisa bantu.
Tinggal sedikit saja keberanian,
sedikit saja kamu tutup mata pada suara hati.
Teguk saja. Ambil saja. Langkahi saja.
Aku bilang ini karena peduli.
Aku bilang ini karena aku… sahabatmu.
Ya, aku kamu juga.
Suaramu sendiri yang ingin semua lebih mudah.
Dan aku, hanya mewakilinya.
Ayo. Kita curi sedikit.
Kita tipu halus.
Kita manipulasi pelan.
Demi yang lebih besar, lebih indah.
Tidak apa-apa. Semua orang juga begitu.
.
.
.
—Sekarang buka matamu.
Ya, aku menipumu.
Dan kau hampir percaya.
Kau hampir melangkah ke jalanku.
Kau hampir berpihak padaku.
Padahal sejak awal, aku bukan teman.
Aku adalah bisikan yang ingin menjatuhkanmu perlahan.
Aku adalah dalih.
Aku adalah pembenaran.
Aku adalah keinginan gelap yang kau bungkus dengan "alasan kuat".
Dan hari ini—kau baru sadar betapa liciknya aku.
Tapi jangan lega dulu.
Karena aku tak mati.
Aku hanya menunggu.
Di saat kau lelah lagi. Di saat kau ingin menyerah lagi.
Aku akan datang…
dengan wajah yang lebih manis,
kata-kata yang lebih lembut,
dan kebohongan yang lebih mudah dipercaya.
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar